Jumat, 28 November 2014

  • KISAH SUKSES : WARRENT BUFFET

    DIBALIK SUKSESNYA WARREN BUFFET

    Warren Buffet yang bernama lengkap Warren Edward Buffet lahir di Ohama, Nebraska, AS  pada tanggal 30 Agustus 1930. Ia merupakan tokoh yang sangat hebat. Ia bahkan dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 2 di dunia versi majalah Forbes pada tahun 2005 setelah Bill Gates. Ia adalah salah satu investor dan pengusaha tebaik dunia. Di tahun 2007, kekayaan Buffet naik US$ 10 miliar menjadi US$ 62 miliar dari sebelumnya US$ 52. Nilai kekayaannya setara dengan Rp.570 triliun. Kekayaan ini dihitung berdasarkan sahamnya di perusahaan dan asset yang dimilikinya.
    Untuk menjadi sukses, langkahnya tidaklah mudah. Namun, langkah bisnis yang dijalankannya sangatlah cerdik sehingga ia selalu diburu oleh para wartawan maupun perseorangan. Bahkan banyak yang mengangkat kisah sukses dari investor terbaik dunia ini menjadi sebuah buku.


    Perjalanan Warren Buffet

    Di tahun 1951-1954, Buffet mendapatkan gelar Master seusai menempuh studinya di Columbia Graduate Business School. Setelah itu, ia bekerja sebagai salesman investasi di Omaha. Setelah mendapatkan gelar kehormatan dari warga Omaha, ia pun pindah ke New York dan bekerja sebagai analis sekuritas di Graham Newman Coorporation. Setelah banyak berkonsultasi dengan orang yang dianggapnya sebagai guru pasar modal, Buffet kembali ke Omaha untuk mengelola dana milik orang-orang kaya di sana. Perusahaan yang dibangun dengan modal US$ 100 ini akhirnya dijual dan dibubarkan padahal para investornya tersenyum puas karena mampu mengantongi keuntungan 30,4 persen per tahunnya.
    Namun, meski perusahaannya dijual dan ditutup, Buffet tidak berdiam diri; ia tetap bekerja dan berupaya untuk meraih kesuksesan, sehingga akhirnya pada tahun 1965 ia membeli saham Berkshire Hartaway dengan harga US$ 8 per lembar. Setelah mengelolanya selama 3 tahun, ia berhasil menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh tidak dibiarkan menjadi dana tentang; ia menginvestasikan uang perusahaan dengan membeli utilitas, perusahaan permata, perusahaan asuransi, serta makanan melalui Berkshire Hartaway.
    Di tangan Warren Buffet, perusahaan terus mengalami kemajuan. Para pemegang saham dapat tersenyum karena selama lebih dari 34 tahun mereka dapat memperoleh tingkat pengembalian tahunan sekitar 24,7 persen. Kini, setelah 46 tahun saham Berkshire Hartaway mengalami perkembangan yang sangat pesat bahkan harga saham untuk kelas A sempat mencapai US$ 150.000 per lembar saham.
    Pria yang sederhana dan dermawan
    Walaupun menjadi salah satu investor terbaik dunia, Buffet tetap bersikap rendah hati dan sederhana. Pria yang bersahabat baik dengan Bill dan Melinda Gates ini tinggal di kawasan Dundee, Omaha yang dibelinya di tahun 1958. Dengan harta yang melimpah tentu ia bisa hidup mewah namun, ia memilih untuk hidup sederhana di rumahnya tersebut. Majalah Adbuster menyebutkan untuk ber-glamour ria, ia hanya memiliki dua jet pribadi dan satu Yatch mewah. Kemewahan ini sangat kalah jauh dibandingkan kemewahan pebisnis dan pesohor lain yang berada di bawahnya.
    Buffet pun juga tak ingin anak-anaknya hanya mengandalkan kekayaan orang tuanya. Oleh karena itu Buffet pun tidak berkeinginan untuk mewariskan kekayaannya kepada anak-anaknya. Ia ingin kelak anaknya sukses atas usahanya sendiri. Buffet pun berencana menyumbangkan kekayaannya sebesar 85 persen untuk yayasan amal milik Bill Gates. Di tahun 2006, investor terbaik dunia ini pun mendonasikan 10 juta sahamnya kepada Gates Foundation. Dari sumbangannya tersebut, sumbangan Buffet tercatat sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah Amerika.
    Buffet pun juga tak pernah mendapat pengawalan ketika bepergian. Walaupun ia juga sering menikmati hidangan terbaik di berbagai belahan dunia, ia lebih memilih menu burger dan kentang goreng dengan minuman dingin. Buffet berharap  tindakannya ini membuat orang kaya yang berlimpah harta untuk saling berbagi dan cinta terhadap sesama. Buffet mengaku sudah cukup puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Menurutnya orang yang sudah mati tidak akan membawa harta dan sebenarnya masalah bagi orang kaya adalah di saat mereka tua dan sudah tidak berada pada masa kejayaannya  maka mereka tidak punya waktu lagi untuk beramal. Buffet pun merasa beruntung karena ia masih bisa berbagi dengan sesama.
    Strategi bisnis sederhana, anti-spekulasi
    Strategi bisnis yang diterapkan oleh Warren Buffet sangatlah sederhana. Ia tidak mau ambil pusing dengan beredarnya rumor di kalangan investor saham. Buffet justru lebih fokus terhadap perusahaan yang memiliki potensi untuk berkembang namun, juga masih berharga untuk dibeli. Ia bukan seorang spekulan saham.
    Seorang spekulan saham biasanya akan melakukan pembelian saat harga saham sedang rendah kemudian menunggu kapan harga tinggi, setelah harga saham tinggi barulah ia menjualnya. Spekulan saham lebih fokus bermain dalam jangka pendek dan keuntungan yang didapatnya berasal dari harga jual yang dikurangi harga beli. Robert T Kiyosaki menyebut investor jenis ini bukanlah investor yang melakukan investasi namun lebih mirip penjudi di pasar saham (spekulan). Spekulan bahkan bisa membeli saham di pagi hari dan menjualnya kembali di sore hari.
    Warren Buffet memiliki pemikiran yang berbeda. Investor terbaik dunia ini melakukan investasi dalam jangka panjang dan tidak melakukan transaksi jual-beli dalam jangka pendek. Saat Buffet ingin membeli saham sebuah perusahaan, ia akan melihat cerobong asap perusahaan apakah masih mengepul atau tidak. Baginya itu merupakan suatu tanda apakah perusahaan tersebut masih eksis dan operasional. Buffet hanya mau berinvestasi pada perusahaan yang bisnis atau produknya dikenal baik. Prinsip yang ia terapkan adalah membeli bisnis, bukan membeli saham. Buffet membeli saham Coca Cola dan tidak pernah menjualnya walaupun sahamnya sempat anjlok di tahun 1998-1999. Ia melihat trend jangka panjang dan tetap mempertahankan saham Coca Cola hingga saat ini.
    Hall inilah yang membuat Bufffet tidak mau membeli saham Microsoft atau perusahaan dotcom yang booming di tahun 2000 an. Semua orang di pasar saham beramai-ramai membeli saham dotcom namun Warren Buffet tidak ikut-ikutan bahkan ia ditertawakan karena tidak membeli saham dotcom. Namun sekarang, justru ialah yang tertawa paling akhir karena sebagian saham investasi tersebut hangus. Buffet tidak mengenal bisnis dotcom dan karena itulah ia memutuskan tidak berinvestasi di sana. Lagipula, Buffet bukanlah investor yang ikut-ikutan saja namun, sebelum membeli ia memiliki pertimbangan tersendiri.
    Pengikut ahli strategi
    Dalam berinvestasi, Buffet mengikuti strategi dari orang yang dianggapnya mahaguru yaitu Benjamin Graham dan Philip Fisher. Kedua tokoh ini memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham menekankan pada kriteria kuantitatif sedangkan Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Buffet yang cerdik menggabungkan kedua strategi tokoh tersebut. Keduanya sama-sama berfikir untuk jangka panjang dalam setiap investasi.
    Seberapapun hebat kemampuan trading anda dan sesering apapun anda mendapat profit namun, anda tidak akan berhasil apabila tidak ditunjang dengan kemampuan saving money yang baik. Sebaiknya anda sisihkan sebagian profit anda untuk berjaga-jaga bila terjadi kesalahan karena kebanyakan trader biasanya mengalami kegagalan karena tidak memiliki modal cukup untuk menanggung kesalahan yang mereka buat. Itulah kisah dari Warren Buffet yang sukses. Semoga kisahnya dapat menginspirasi kita. Marilah kita tiru semangat dari Warren Buffet yang pantang menyerah.

  • 0 komentar:

    Posting Komentar

    Copyright @ 2013 Dicky Yudha.

    Design Edited By DICKY | DICKY